Banyak Pelaku Bisnis Terjebak oleh Chatbot Terprogram Seolah AI, Padahal Bukan Chatbot AI Sebenarnya

Banyak pelaku bisnis dan pengguna terjebak chatbot skrip yang diklaim AI karena pemasaran, biaya rendah, minim literasi AI, sistem lama, dan keinginan kontrol atas respons yang dapat diprediksi.

ARTIFICIAL INTELLIGENCE

Yuwon Nugroz

4/4/20251 min baca

Ini pada dasarnya terjadi karena gembar-gembor pemasaran, efisiensi biaya, dan kurangnya literasi tentang AI. Berikut alasan mengapa begitu banyak pelaku bisnis dan pengguna terjebak oleh chatbot berbasis aturan yang dikemas seolah-olah sebagai AI:

  1. Hype Pemasaran & Istilah Menarik
    Banyak perusahaan menyebut chatbot berbasis aturan mereka sebagai “AI” karena istilah tersebut lebih laku dijual. Chatbot AI sejati (seperti yang menggunakan LLM) memerlukan pembelajaran mendalam, NLP, dan tingkat ketidakpastian—sementara sebagian besar bisnis lebih memilih interaksi yang terstruktur dan dapat diprediksi.

  2. Keterbatasan Biaya & Pengembangan
    Membangun dan mengoperasikan chatbot AI sejati membutuhkan sumber daya besar—data, daya komputasi, dan pelatihan berkelanjutan. Oleh karena itu, banyak perusahaan memilih chatbot berbasis pohon keputusan atau pencocokan kata kunci karena lebih murah dan lebih mudah diimplementasikan.

  3. Kesenjangan Literasi AI
    Banyak pemimpin bisnis dan pelanggan tidak sepenuhnya memahami perbedaan antara chatbot berbasis skrip dan agen percakapan yang benar-benar didukung AI. Mereka melihat istilah “AI” dan langsung mengasumsikan kecerdasan, padahal kenyataannya, banyak dari chatbot ini hanyalah sistem FAQ yang dikemas ulang.

  4. Kehati-hatian & Keinginan untuk Kendali
    Bisnis—terutama di industri yang diatur ketat—sering kali enggan menggunakan chatbot AI yang sepenuhnya otonom. Mereka khawatir AI akan menghasilkan respons yang tidak dapat diprediksi, sehingga lebih memilih alur percakapan yang terprogram namun dikemas seolah-olah sebagai AI.

  5. Sistem Lama & Masalah Integrasi
    Banyak perusahaan masih menggunakan sistem CRM dan ERP lama yang menyulitkan integrasi dengan chatbot AI sejati. Sebagai gantinya, mereka hanya menambahkan label “AI” pada chatbot berbasis aturan yang hanya mengikuti skrip yang sudah ditentukan.

  6. Ekspektasi & Kekecewaan Pengguna
    Karena pengguna berharap chatbot bersifat “cerdas”, banyak bisnis menghias chatbot berbasis aturan mereka dengan respons bergaya AI, sehingga tampak lebih pintar dari kenyataannya. Namun ketika pengguna mengajukan pertanyaan di luar skrip, mereka segera menyadari bahwa chatbot tersebut tidak benar-benar “berkecerdasan”.